Syukur, Sabar dan Ikhlas

Saya membuat tulisan ini karena terinspirasi status teman yang saya lihat dan baca di sebuah jejaring social pertemanan. Setiap update status isinya selalu menceritakan keluhan dan ketidakbahagiannya. Sungguh sangat ironis seorang teman yang bekerja di sebuah kantor pemerintahan dengan posisi jabatan yang menurut saya sangat baik dari segi imbalan maupun fasilitas yang diterimanya.

Sebelum melangkah lebih jauh saya akan mencoba kembali kemasa lalu, orang yang saya sebutkan diatas adalah teman sekolah saya disebuah sekolah menengah atas, tepatnya di kota Jakarta. Seperti halnya pelajar pada umumnya kami bercita-cita dan mendambakan masa depan yang lebih baik, kesuksesan dalam karir, rumah tangga dan hubungan social. Namun dalam proses untuk mencapai cita-cita dan mendambakan potensi hidup yang maksimal tersebut sangatlah tidak mudah karena orang tua kami bukanlah orang yang hidupnya berlebih, justru cenderung hidup berkekurangan, sehingga jalan yang kami tempo adalah dengan cara giat belajar agar bisa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah dengan mendapatkan beasiswa. Atas usaha belajar yang kami lakukan, teman saya berhasil melanjutkan kuliah dengan mendapatkan beasiswa disalah satu perguruan tinggi milik pemerintah sedangkan saya mungkin karena kepandaian saya pas-pasan saya tidak bisa mendapatkan beasiswa walaupun tetap dapat kuliah dengan berbagai upaya walaupun dengan biaya yang tersendat-sendat. Singkat cerita setelah menyelesaikan kuliah teman saya langsung diangkat sebagai staf kantor disalah satu departemen, kemudian berumah tangga, dan menjalani hidup layaknya rumah tangga yang bahagia. Saya katakan bahagia dari sudut pandang kaca mata saya yang hanya melihat dari luar karena bisa membeli dan membangun rumah, memiliki kendaraan yang cukup bagus, diberikan karunia anak-anak yang pintar dan menurut terhadap orang tuanya. Sedangkan saya jika dibandingkan dengan teman saya relative jauh tertinggal walaupun tetap sya syukuri karena diberikan karunia oleh Allah Istri dan anak-anak yang baik.

Ternyata sudut pandang kacamata saya salah menilai arti kebahagiaan itu, karena ternyata teman saya itu merasa hidupnya tidak merasa bahagia sebagaimana yang saya bayangkan, dia banyak mengeluh bahkan sampai bisa dilihat banyak orang karena ditampilkan disebuah jejaring social.  Permasalahan atau sebab rasa ketidakbahagiaan teman saya itu sampai sekarang saya tidak mengetahui secara jelas. Saya membuat tulisan ini bukan bermaksud mengurui teman saya atau siapapun yang membaca tulisan ini tetapi mungkin dapat dijadikan bahan renungan untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan yang kita hadapi menuju masa depan yang lebih baik (saya tidak berani mengatakan kebahagiaan karena ukuran kebahagiaan itu relatif dan tidak sama untuk setiap orang).

 Kata Kunci dari kebahagiaan adalah “Syukur, Sabar dan Ihklas”

Anugerah atau kebahagiaan kadang datang melalui cara yang tidak diinginkan, ia tidak datang diiringi oleh tiupan seruling Merdu, tidak diantar oleh dayang-dayang rupawan tidak pula disegarkan oleh wewangian yang harum, tetapi justru datang dengan ujian yaitu kesukaran, Kepanikan dan kegalauan hidup. Kita tidak boleh takut melangkah dan bersembunyi menghadapi kenyataan itu, bersyukrur karena Tuhan masih mengingatkan, Sabar dan hadapi saja dengan penuh keiklhasan, dan kita harus yakin bahwa PASTI Indah pada waktunya.

Timbul pertanyaan bagaimana caranya untuk bisa bersyukur, sabar dan iklhas.

  1. Kita harus memandang kehidupan ini  dengan mata iman, bersyukurlah dengan mental yang jelas, tanamkan didalam benak kita, dalam percakapan kita, resapkan ke pikiran alam bawah sadar kita, dalam perbuatan kita dan setiap aspek kehidupan kita atas apa yang telah Anda raih bahwa itu limpahan anugerah dari Tuhan.
  2. Berpikir dengan sehat. Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana kita berusaha atau berikhtiar sesuai dengan potensi, kemampuan dan kepercayaan diri untuk bertidak yang kita miliki, dan cobalah kita menggali dan menemukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataan kita dalam keadaan normal maupun di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun. Pikiran dan perkataan  menentukan tujuan, prilaku, sikap dan gambaran diri kita. Kita harus bersikap :” Saya boleh saja terjatuh  beberapa kali dalam hidup ini, tetapi tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana.” Kita semua menghadapi tantangan dalam hidup ini . Kita semua pasti mengalami hal-hal yang datang menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam. Dengan mengoptimalkan potensi pikiran dan perkataan kita akan mampu mengendalikan dan memanipulasi kehidupan kita. Namun kita harus melandasi pikiran kita bahwa ada TAKDIR TUHAN atas usaha dan hidup kita artinya segala yang kita capai itu semua atas kehendakNya, jadi jika kita mengalami kegagalan dalam suatu usaha atau urusan jangan terlalu kecewa dan teruslah berusaha untuk berbuat yang lebih baik.
  3. Menilai diri dengan seimbang, artinya dalam melihat diri kita janganlah hanya meliaht atau membandingkan keatas atau kepada orang yang lebih sukses dalam karir. Rumah tangga, maupun kehidupan sosialnya akan tetapi kita juga harus melihat kebawah karena masih banyak orang yang lebih susah dan lebih tidak berbahagia daripada kita
  4. Cobalah memilih untuk berbahagia hari ini. Jika kita mempunyai permasalahan tidak harus menunggu sampai semua persoalanmu terselesaikan. Kita tidak harus menunda kebahagiaan sampai kita mencapai semua sasaran. Karena Tuhan ingin kita berbahagia sekarang juga apapun kondisinya.
  5. Lepaskan masa lalu yang tidak atau kurang menyenangkan, biarkanlah ia pergi…Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini. Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang. Sebaliknya gunakanlah itu sebagai landasan untuk berbuat yang lebih baik.
  6. Memberi dan berbagi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar  yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita, Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain. Berbagi bukan harus berupa materi semata tetapi berbagi dalam segala hal, misalnya berbagi ilmu, pengetahuan, pengalaman, empati, atau perhatian (awas khusus yang ini jangan sampai perhatian itu disalah artikan) dan sebagainya. Janganlah takut untuk memberi dan berbagi dengan orang lain karena semua itu tidak akan mengurangi materi atau kebahagiaan anda sebaliknya Justru Tuhan akan melimpahkan REJEKI dan KEBAHAGIAAN dan ANUGERAH yang lebih besar kepada kita.

About

View all posts by

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *