LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN  KEUANGAN

Konsep dasar yang pertama kali harus diperhatikan dalam praktik akuntansi adalah peranan dan tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri. Pemahaman atas peranan dan tujuan pelaporan akan memberikan kerangka kerja konseptual (conceptual framework) dalam menganalisis, mencatat, menggolongkan, dan melaporkan transaksi (kejadian keuangan) sebagai pelaksanaan kegiatan usaha.

Kerangka konseptual ini pada akhirnya akan memberikan landasan berpikir yang sistematis dalam mempraktikkan akuntansi terutama yang berkaitan dengan pengungkapan dan penyajian informasi keuangan.

  • Peranan Laporan Keuangan

  1. Merupakan media atau alat untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada para pemakai yang akan menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan secara tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya;
  2. Menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh PERUSAHAAN selama satu periode pelaporan;
  3. Merupakan media untuk menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan yang berlaku;
  4. Merupakan laporan pertanggungjawaban pegawai dan manajemen atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomis yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi berterima umum.
  • Tujuan Umum Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan PERUSAHAAN adalah menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya untuk:

  1. Mengetahui kinerja operasi dan keuangan PERUSAHAAN selama suatu periode bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti masyarakat, manajemen, pemerintah dan lain-lain;
  2. Mengetahui keadaan suatu jenis perkiraan pada suatu periode tertentu bagi pegawai terkait dan manajemen;
  3. Mengetahui Informasi Keuangan dalam suatu periode sebagai bahan pertimbangan/analisis bagi manajemen guna mengambil suatu kebijakan/keputusan yang lebih baik dan menguntungkan bagi PERUSAHAAN;
  4. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas PERUSAHAA N
  • Tujuan Khusus Laporan Keuangan

Untuk memenuhi peranan dan tujuan seperti yang telah disebutkan pada butir 1 dan 2, maka pelaporan keuangan harus mampu menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban serta arus kas PERUSAHAAN. Selain itu, PERUSAHAAN mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan.

UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya yaitu posisi keuangan dan kinerja keuangan.

  • Posisi Keuangan

Penyajian berbagai unsur ini dalam neraca dan laporan laba rugi memerlukan proses subklasifikasi menurut hakekat atau fungsinya dalam bisnis PERUSAHAAN dengan maksud untuk menyajikan informasi dengan cara yang paling berguna bagi pemakai untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi

Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan PERUSAHAAN adalah aset, liabilitas dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut;

  1. Aset adalah sumber dana yang dikuasai oleh PERUSAHAAN sebagai akibat yang timbul dari peristiwa masa lalu dan diharapkan manfaat secara ekonomi diperoleh perusahaan di masa depan. Manfaat secara ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset itu sendiri untuk memberikan sumbangan, secara langsung maupun tidak langsung, atas arus kas dan setara kas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu hal yang produktif dan merupakan bagian dari setiap aktivitas usaha, mungkin pula berbentuk sesuatu hal yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk suatu kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas;
  2. Liabilitas merupakan utang PERUSAHAAN masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi;
  3. Ekuitas adalah hak residual atas aset setelah dikurangi semua liabilitas;
  4. Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aset, liabilitas atau ekuitas perlu ditunjukkan pada subtansi yang mendasari serta realita ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
  • Aset

  1. Manfaat secara ekonomis dimasa datang yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan baik secara langsung maupun tidak langsung, arus kas atau setara kas kepada PERUSAHAAN. Manfaat secara ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset dapat mengalir dengan beberapa cara, misalnya aset dapat;
    • Digunakan sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh PERUSAHAAN;
    • Dipertukarkan dengan aset lain;
    • Digunakan untuk menyelesaikan liabilitas; atau
    • Dibagikan kepada para pemilik.
  2. Pada umumnya, aset memiliki bentuk fisik, namun demikian bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. Oleh karena itu, aset tidak berwujud merupakan aset kalau mendatangkan manfaat secara ekonomis di masa depan dan dikendalikan oleh PERUSAHAAN;
  3. Pada umumnya aset dihubungkan dengan hak menurut hukum, termasuk hak milik, misalnya piutang dan properti. Namun demikian, eksistensi aset ditentukan bukan semata-mata oleh adanya hak milik tetapi berdasarkan kemampuan untuk mengendalikan manfaat yang diharapkan dari aset tersebut, misalnya properti yang diperoleh melalui sewa pembiayaan (finance lease), maka properti tersebut diakui menjadi asset;
  4. Suatu barang ataupun jasa dapat juga memenuhi definisi aset meskipun tidak dikuasai berdasarkan hukum, misalnya pengetahuan yang diperoleh melalui aktivitas pengembangan atau operation research dapat memenuhi definisi aset jika, dengan merahasiakan atau mempatenkan pengetahuan tersebut, maka PERUSAHAAN bisa menikmati manfaat yang diperkirakan berasal dari pengetahuan tersebut;
  5. Aset berasal dari transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang terjadi di masa lalu. Aset biasanya diperoleh melalui transaksi pembelian, tetapi transaksi ataupun peristiwa yang lain juga dapat menghasilkan aset, misalnya properti yang berasal dari pemerintah sebagai bagian dari program yang bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi nasional. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak dengan sendirinya memunculkan aset, misalnya maksud untuk membeli persediaan tidak dengan sendirinya memenuhi definisi asset;
  6. Terdapat hubungan yang erat antara terjadinya pengeluaran dengan timbulnya aset, tetapi kedua peristiwa ini tidak perlu harus terjadi secara bersamaan. Apabila PERUSAHAAN melakukan pengeluaran, maka peristiwa ini memberikan bukti bahwa PERUSAHAAN memperkirakan manfaat secara ekonomis, tetapi belum merupakan bukti konklusif bahwa suatu barang atau jasa yang memenuhi definisi aset telah diperoleh. Sama halnya dengan tidak adanya pengeluaran tidak mengecualikan suatu barang atau jasa memenuhi definisi aset dan dengan demikian terdapat kemungkinan untuk diakui dalam laporan posisi keuangan, misalnya barang atau jasa yang telah diterima melalui donasi atau sumbangan telah memenuhi definisi aset.
  • Liabilitas

  1. Karakteristik dasar liabilitas adalah bahwa PERUSAHAAN mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban merupakan suatu tugas dan tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundang-undangan yang disertai jumlah yang terutang untuk pembayaran barang dan jasa yang telah diterima. Kewajiban juga dapat timbul dari praktik usaha yang lazim, kebiasaan, dan keinginan untuk memelihara hubungan yang baik atau bertindak dengan cara yang adil.
  2. Kewajiban masa kini berbeda dengan komitmen di masa depan. Keputusan untuk membeli aset di masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban kini. Kewajiban biasanya timbul hanya jika aset telah diterima atau telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aset. Perjanjian tidak dapat dibatalkan jika terdapat konsekuensi ekonomi berupa keluarnya sumber daya kepada pihak lain jika gagal untuk memenuhi kewajiban tersebut.
  3. Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya mengakibatkan penyerahan atau pengorbanan sumber daya yang memiliki manfaat dimasa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban masa kini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan:
    • Pembayaran kas;
    • Penyerahan aset lain;
    • Pemberian jasa;
    • Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain;
    • Konversi kewajiban menjadi ekuitas.
  4. Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau membatalkan haknya.
  5. Liabilitas timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Sebagai contoh, pembelian barang atau penggunaan jasa dapat menimbulkan utang usaha (kecuali kalau dibayarkan dimuka atau pada saat penyerahan) dan penerimaan pinjaman bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
  6. Beberapa jenis liabilitas hanya dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam derajat yang substansial. Secara umum, liabilitas ini disebut sebagai provisi. Dalam pengertian sempit, provisi tidak dipandang sebagai liabilitas, karena liabilitas hanya mencakup jumlah yang dapat ditentukan tanpa perlu membuat estimasi. Namun demikian, definisi liabilitas di atas mengikuti pendekatan luas. Jadi, kalau provisi menyangkut kewajiban masa kini dan memenuhi ketentuan lain dalam definisi tersebut, maka pos yang bersangkutan merupakan liabilitas meskipun jumlahnya hanya diestimasi. Sebagai contoh, provisi untuk menutup kewajiban manfaat pensiun karyawan.
  • Ekuitas

  1. Meskipun Ekuitas didefinisikan sebagai residual, ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca misalnya setoran modal, saldo laba awal periode (retained earning), penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara terpisah.
  2. Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap kerugian.
  3. Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca bergantung pada pengukuran aset dan liabilitasnya. Biasanya hanya faktor kebetulan kalau jumlah ekuitas agregat dengan nilai pasar keseluruhan atau jumlah yang dapat diperoleh dengan melepas seluruh aset bersih PERUSAHAAN baik satu persatu (liquidating value) atau secara keseluruhan dilepas dalam kondisi kelangsungan usaha (Going concern value).
  • Kinerja

  1. Penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti hasil investasi (return on invesment) atau laba per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.
  2. Unsur Penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:
    • Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang bukan berasal dari kontribusi penanaman modal atau aktivitas investasi.
    • Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
    • Penghasilan dan beban dapat disajikan dalam Income statement (laporan laba rugi) dengan beberapa cara yang berbeda demi untuk menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
    • Pembedaan antara pos penghasilan dan beban dan penggabungan pos tersebut dengan cara berbeda juga memungkinkan penyajian beberapa ukuran kinerja perusahaan, masing-masing dengan derajat cakupan yang berbeda.
  • Penghasilan

  1. Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Penghasilan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, dividen, royalti dan sewa;
  2. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas PERUSAHAAN yang biasa;
  3. Keuntungan meliputi misalnya, pos yang timbul dalam pengalihan aset tidak lancar, keuntungan yang belum direalisasi, misalnya yang timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat dipasarkan (marketable) dan dari kenaikan jumlah aset jangka panjang. Pos ini diakui dalam laporan laba rugi dan dicantumkan secara terpisah dan dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan;
  4. Berbagai jenis aset juga dapat diterima atau bertambah karena panghasilan; misalnya kas, piutang serta barang dan jasa yang diterima sebagai penukar dari barang dan jasa yang dipasok. Penghasilan juga dapat berasal dari penyelesaian liabilitas. misalnya PEUSAHAAN dapat memberikan barang dan jasa kepada kreditor untuk melunasi pinjaman.
  • Beban

  1. Beban mencakup baik kerugian maupun beban dalam pelaksanaan aktivitas PERUSAHAAN yang biasa meliputi, misalnya beban pokok dan beban usaha. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap;
  2. Kerugian mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas PERUSAHAAN yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, dan pada hakekatnya tidak berbeda dari beban lain;
  3. Kerugian dapat timbul dari bencana, pelepasan aset tidak lancar. Definisi beban juga dapat berupa kerugian yang belum diralisasi misalnya kerugian yang timbul dari pengaruh kenaikan kurs mata uang asing sehubungan dengan pinjaman PERUSAHAAN dalam mata uang tersebut.
  • Penyesuaian Pemeliharaan Modal

Revaluasi atau pernyataan kembali (restatement) aset dan liabilitas menimbulkan kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi definisi penghasilan dan beban, menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan ini tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi PERUSAHAAN. Pos ini dimasukkan dalam ekuitas sebagai penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

  • Dasar Akrual

Untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar akrual, pengaruh dari transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat terjadinya (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima ataupun saat dibayar) dan dicatat ke dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun dengan dasar akrual dapat memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi yang terjadi masa lalu yang melibatkan penerimaan serta pembayaran kas tetapi juga memberikan informasi atas kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan, oleh karena itu laporan keuangan yang berdasarkan akrual menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lain yang paling berguna bagi pemakai untuk pengambilan keputusan ekonomi..

  • Asumsi Kesinambungan Usaha Entitas (Going Concern)

Laporan keuangan umumnya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan masih melanjutkan usahanya dimasa depan. Hal ini diasumsikan bahwa PERUSAHAAN diasumsikan tidak berkeinginan atau bermaksud untuk melakukan  melikuidasi atau mengurangi secara material skala / besar usahanya. Jika hal tersebut timbul, mungkin laporan keuangan harus disusun dengan dasar yang berbeda serta harus mengungkapkan dasar yang digunakan.

KARAKTERISTIK KUALITATIF  LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan PERUSAHAAN disajikan tanpa mengurangi karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai yakni:

  • Dapat Dipahami (Understandability)

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan serta pemahaman yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta adanya kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan atau dihilangkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

  • Relevan (Relevance)

  1. Informasi harus relevan agar bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau di masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
  2. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan dalam penegasan (confirmatory) akan berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan entitas dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan entitas diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
  3. Informasi posisi dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi dan kinerja keuangan dimasa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit.
  4. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya, dalam beberapa kasus, hakikat informasi sudah cukup untuk menentukan relevansinya, dalam kasus lain hakikat maupun materialitas dipandang penting. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut yang dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar Laporan Keuangan. Materialitas bergantung kepada besarnya pos maupun kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus yang berasal dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) ataupun berasal dari kesalahan dalam mencatat (misstatement). Materialitas lebih merupakan ambang batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna, sehingga PEUSAHAAN dalam pengungkapan dan penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
  • Laporan Keuangan PEUSAHAAN menyajikan secara terpisah pos sejenis yang material dan menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material;
  • PEUSAHAAN tidak memberikan suatu pengungkapan spesifik yang disyaratkan oleh suatu SAK jika informasi tersebut tidak material.
  • Keandalan (Reliability)

Selain itu agar bermanfaat, informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan juga harus andal (reliable). Informasi yang disajikan memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faitful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi dapat diandalkan jika memenuhi ciri-ciri:

  • Penyajian Jujur (Faitful Representation);

Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;

  • Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form);

Prinsip ini menetapkan bahwa jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonominya, bukan hanya memenuhi aspek formalitasnya;

  •  Netralitas (Neutrality);

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu;

  •  Pertimbangan Sehat (Prudence);

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil pertimbangan sehat (Prudence). Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan liabilitas atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah;

  •  Kelengkapan (Completeness);

Informasi keuangan disajikan selengkap mungkin, yang mencakup seluruh informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam batasan materialitas dan biaya. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi dapat dicegah.

  • Dapat Diperbandingkan (Comparability)

Pemakai atas laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan PERUSAHAAN antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan PERUSAHAAN dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan PERUSAHAAN untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dari satu periode ke periode dan dalam entitas yang berbeda serta ketaatan pada SAK, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakannya.

KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL

Akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan dapat menimbulkan kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan yaitu suatu keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan yang dapat diandalkan. Terdapat beberapa kondisi yang menimbulkan kendala dalam memperoleh informasi akuntansi dan pelaporan keuangan yang akurat, yaitu:

  • Tepat Waktu (Timelines)

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen PERUSAHAAN mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk dapat menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan pada kondisi sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga hal ini akan mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda pada kondisi sampai seluruh aspek diketahui, informasi maka yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan karena situasi yang dihadapi sudah berbeda. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan.

  • Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat (Balance Between Benefit and Cost)

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi beban penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari beban penyusunannya. Namun demikian, evaluasi beban dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Beban itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi beban yang dipikul oleh PERUSAHAAN.

  • Kesimbangan di antara Karakteristik Kualitatif (Balance Among Qualitative Characteristics)

Pada umumnya tujuan dari keseimbangan atau tradeoff diantara karakteristik kualitatif adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam praktik di PERUSAHAAN diperlukan adanya pertimbangan profesional.

  • Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Prinsip ini menekankan bahwa laporan keuangan PERUSAHAAN hendaknya menyajikan secara wajar meliputi: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Kinerja serta Laporan Perubahan Posisi Keuangan disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh SAK yang  berlaku.

 

About

View all posts by

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *